Kamis, 24 Mei 2012

TRANS FATTY ACIDS

TRANS FATTY ACIDS, SIFAT, 
DAN 
MEKANISME PEMBENTUKANNYA

Reaksi Pembentukkan Trans Fatty Acids


Sebagaimana telah diketahui, trans fatty acids terbentuk sebagi produk sampingan pada proses hidrogenasi parsial minyak nabati. Istilah hidrogenasi mengacu pada reaksi hidrogen dengan senyawa organik. Hidrogenasi digunakan untuk memodifikasi minyak dan lemak. Hidrogenasi katalitik, yaitu reaksi hidrogenasi dengan menggunakan katalis logam seperti nikel, platina dan palladium yang merupakan teknik yang umum digunakan.

Reaksi hidrogenasi ini berfungsi untuk:
  1. Memperbaiki stabilitas rasa, menjaga kualitas minyak, mengurangi kandungan asam linolenat yang sangat reaktif, mencegah tengik akibat oksidasi, dan mencegah rasa tidak enak setelah minyak digunakan untuk menggoreng.
  2. Merubah sifat fisik dari cair menjadi padat/semipadat, atau menjadikan teksturnya seperti mentega.
Hidrogenasi sempurna terhadap asam lemak tak jenuh akan menghasilkan asam lemak jenuh. 



Hidrogenasi sempurna suatu minyak akan menghasilkan semua asam lemak dalam keadaan jenuh. Hal ini menyebabkan produk minyak terhidrogenasi parsial sempurna mempunyai tekstur yang terlalu padat untuk dijadikan bahan makanan. Sehingga dalam industri pengolahan minyak, minyak diolah secara hidrogenasi parsial katalitik hingga dihasilkan produk yang mempunyai tekstur sesuai dengan keinginan.

Dalam hidrogenasi parsial, hanya sebagian dari asam lemak tak jenuh yang terhidrogenasi menjadi asam lemak jenuh. Sebagai efek samping, sebagian asam lemak cis akan mengalami perubahan konfigurasi menjadi trans, trans fatty acids.

Proses hidrogenasi terhadap minyak nabati berlangsung melalui proses:
  1. Minyak nabati terrafinasi dan bubuk katalis nikel dipompakan ke dalam reaktor dan dipanaskan hingga suhu 120-188 derajat celcius pada tekanan 1-6 atm.
  2. H2 dipompakan ke dalam reaktor melalui bagian bawah reaktor dan didispersikan oleh sebuah pengaduk secara terus menerus
  3. Setelah hidrogenasi selesai, minyak disaring untuk memisahkan katalis. Minyak hasil penyaringan dipompakan kedalam tangki penyimpanan.

Ada dua tipe reaktor yang digunakan dalam proses hidrogenasi parsial ini:
  1. Reaktor selektif. Reaktor ini menggunakan temperatur dan konsentrasi katalis yang lebih tinggi, dengan tekanan dan tingkat agitasi yang lebih rendah, serta menggunakan katalis nikel khusus. Reaktor ini digunakan dalam pembuatan margarin.
  2. Reaktor non selektif. Reaktor ini memerlukan katalis dan temperatur yang lebih rendah dengan tekanan tinggi.
Pada reaksi hidrogenasi parsial ini, gas H2 akan diabsorbsi oleh katalis, kemudian katalis melemahkan ikatan H-H. Senyawa asam lemak membentuk kompleks dengan katalis, melalui ikatan rangkapnya, sehingga rigiditas ikatan rangkap berkurang, kemudian terbentuk ikatan dengan hidrogen.

Dari proses hidrogenasi parsial ini tidak terjadi penambahan atom H pada asam lemak, namun asam lemak akan mengalami perubahan konfigurasi dari cis menjadi trans. Dimana asam lemak tak jenuh cis akan memutar 180 derajat sehingga terbentuk konfigurasi trans-nya.




Reaksi hidrogenasi parsial

Sifat-sifat Trans Fatty Acids

Isomer-isomer baru yang terbentuk selama proses hidrogenasi parsial (isomer posisional atau geometrik) memberikan perbedaan-perbedaan sifat fisikokimia dari senyawa asal; sebelum hidrogenasi parsial berlangsung. Perbedaan letak ikatan rangkap menyebabkan sedikit perbedaan titik leleh. Tetapi pembentukan isomer trans fatty acids menyebabkan perubahan sifat yang drastis.

Sifat-sifat tersebut adalah:
  1. Trans fatty acids memiliki titik leleh yang jauh lebih tinggi dari isomer cis-nya. Sebagai contoh asam oleat (cis 18:1) memiliki titik leleh 13,5 derajat celcius sedangkan asam elaidat sebagai isomer trans-nya memiliki titik leleh 43,5 derajat celcius.
  2. Isomer cis berkonsistensi cair pada suhu kamar, sedangkan isomer trans berkonsistensi padat.
  3. trans fatty acids kurang reaktif dan lebih resisten terhadap reaksi oksidasi
  4. Dalam tubuh manusia, trans fatty acids dimetabolisme seperti asam lemak jenuh, tidak seperti asam lemak tak jenuh cis.
  5. Secara fisik trans fatty acids kurang fleksibel dibanding isomer cis, struktur trans fatty acids lebih merentang dan lebih rigid.