Jumat, 31 Agustus 2012

OMEPRAZOLE



DESKRIPSI SENYAWA

Esomeprazole adalah salah satu senyawa inhibitor pompa proton/pump proton inhibitor (PPI) yang merupakan agen antisekretorik lambung. Secara struktural dan farmakologis, esomeprazol berhubungan dengan omeprazole, lanzoprazole, pantoprazole dan rabeparzole. Esomeprazole pada dasarnya adalah suatu enansiomer dari omeprazole (S-omeprazole). Sedangkan omeprazole adalah campuran rasemat dari S-omeparazole dan R-omeprazole. Secara kimia obat-obat tersebut adalah golongan benzimidazole tersubstitusi dan secara farmakologis terkait erat dengan efek antagonis reseptor H2, antimuskarinik dan analog prostaglandin.

Struktur Esomeprazole

Esomeprazole terikat pada hidrogen-kalium ATPase pada sel parietal lambung, sehingga menyebabkan inaktivasi sistem enzim ini (secara umum dikenal sebagai proton, hidrogen atau pompa asam) sehingga memblok langkah akhir dalam sekresi asam klorida (HCl) oleh sel-sel, sehingga produksi asam lambung akan menurun/berkurang.

Esomeprazole merupakan molekul yang bersifat asam labil. Esomeprazole yang tersedia dipasaran adalah kapsul pelet berselaput enterik dengan pelepasan tertunda sehingga memungkinkan peningkatan bioavailabilitasnya. Esomeprazole dimetabolisme secara luas. Dihati, esomeprazole dimetabolisme melalui enzim sitokrom P450 (CYP) isoenzim 2C19 dan dalam jumlah yang lebih kecil melalui isoenzim CYP3A4 membentuk metabolit dengan aktivitas antisekretorik yang lebih rendah.

PPI seperti halnya omeprazole dan esomeprazole dapat menekan pertumbuhan bakteri H. Pylori pada pasien dengan ulkus duodenum/refluks esofagitis yang terinfeksi bakteri tersebut. PPI hanya mampu menekan pertumbuhannya, namun tidak mampu memberantas/ mengeradikasi bakteri tersebut. Sehingga dalam penangan ulkus atau refluks esofagitis tersebut dilakukan terapi kombinasi PPI dengan antibiotik seperti klaritromisin atau amoksisilin.

Terjadinya peningkatan pH lambung selama terapi esomeprazole dapat merangsang sekresi gastrin melalui mekanisme umpan balik negatif dan enterochromaffin-like cell (ECL) hyperplasia. Meskipun sebuah studi yang dilakukan pada tikus yang telah mengalami lesi karsinoid tidak menunjukan adanya perubahan pada adenomatoid, diplastik, atau neoplastik pada kelompok tikus yang menerima terapi esomeprazole hingga selama 1 tahun.

Terapi jangka panjang dengan PPI dkaitkan dengan adanya peningkatan resiko patah tulang pinggul pada kelompok usia diatas 50 tahun. Resiko ini mungkin diakibatkan adanya penurunan absorpsi sekunder kalsium terlarut untuk meningkatkan pH lambung.

INDIKASI/KEGUNAAN

Gastroesophageal Reflux (GERD)
Magnesium esomeprazole digunakan untuk terapi jangka pendek (4-8 minggu) pada pasien esofagitis erosif dengan GERD. Obat ini juga digunakan dalam terapi pemeliharaan setelah penyembuhan esofagitis erosif untuk mengurangi resiko kekambuhannya. Selain itu juga digunakan untuk terapi gejala GERD (seperti mulas) meski tanpa disertai adanya esofagitis erosif. Esomeprazole dieliminasi lebih lambat daripada omeprazole sehingga memberikan jangkaun yang lebih luas terhadap pompa proton dan akhirnya dapat memberikan kontrol pH lambung yang lebih besar dibanding omeprazole rasemat.

Mekanisme penekanan terhadap sekresi asam lambung menjadi andalan dalam terapi GERD. PPI dan antagonis reseptor H2 dalam hal ini digunakan untuk menekan sekresi asam lambung, mengontrol gejala dan mencegah komplikasi penyakit GERD. Pasien GERD umumnya memerlukan terapi jangka panjang bahkan seumur hidup, dan ACG menyatakan bahwa untuk keperluan ini PPI lebih efektif daripada antagonis reseptor H2. PPI juga memberikan kontrol yang lebih besar terhadap refluks asam dibandingkan dengan prokinetik (seperti cisapride atau metoklopramide) tanpa resiko efek samping yang parah.

Ulkus Duodenum
Magnesium esomeprazole digunakan dalam terapi jangka pendek (10 hari) pasien dengan ulkus duodenum akibat infeksi H. Pylori dalam kombinasinya dengan klaritromisin dan amoksisilin (triple therapy).

Pencegahan Ulkus yang Terinduksi Agen Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)
Magnesium esomeprazole juga digunakan untuk terapi pencegahan ulkus duodenum pada pasien yang beresiko terhadap ulkus duodenum, yaitu kelompok pasien yang berusia 60 tahun atau lebih atau pasien yang memiliki riwayat ulkus duodenum yang menerima terapi AINS.

Ulkus Terkait Penyakit Crohn's
Meskipun bukti studi masih terbatas, PPI digunakan sebagai terapi tambahan untuk menekan sekresi asam lambung pada pengobatan gejala penyakit Crohn's.

CARA PEMBERIAN

Oral
Esomeprazole diberikan secara oral sekali sehari, dan sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan, karena penyerapan esomeprazole yang diberikan bersamaan dengan makanan dapat menurunkan absorpsinya sekitar 33-53%. Kapsul harus ditelan utuh, tidak boleh dihancurkan atau dikunyah. Namun pada pasien yang mengalami kesulitan menelan, kapsul dapat dibuka, isi dikosongkan secara hati-hati dan dicampurkan dengan 1 sendok makan saus apel, campuran kemudian ditelan perlahan-lahan. Campuran esomprazole dan saus apel harus segera digunakan, tidak boleh disimpan.

Untuk pemberian melalui selang nasogastrik, kapsul dapat dibuka dan pelet utuh dimasukan dalam jarum suntik 60 mL dan dicampur dengan 50 mL air. Campuran dalam jarum suntik harus diguncang selama 15 menit sebelum kemudian diberikan. Dalam pemberian ini, pelet harus dipastikan dalam keadaan utuh, tidak hancur. Jika pelet telah hancur maka campuran tersebut tidak boleh digunakan. Campuran harus segera diberikan setelah proses penyiapan melalui selang nasogastrik dan kedalam selang harus segera dialirkan air tambahan.

Intravena (IV)
Natrium-esomeprazole digunakan secara suntikan IV selama tidak kurang dari 3 menit atau secara infus IV selama 10-30 menit. 

Untuk injeksi IV langsung, bubuk natrium-esomeprazole dilarutkan dengan menambahkan 5 ml larutan NaCl 0,9% pada vial berlabel mengandung 20 atau 40 mg esomeprazole. Sejumlah 5 ml larutan tersebut kemudian disuntikan selama tidak kurang dari 3 menit. Larutan hasil rekonstitusi dapat disimpan pada suhu kamar (hingga 30 derajat celcius) dan harus digunakan dalam waktu 12 jam setelah rekonstitusi. Setiap vial esomeprazole hanya dimaksudkan untuk pemakaian tunggal.

Untuk infus intravena, bubuk natrium-esomeprazole dilarutkan dengan menambahkan 5 ml NaCl 0,9% atau dektrosa. Larutan hasil rekonstitusi kemudian dilarutkan dalam larutan injeksi NaCl 0,9%, dekstrosa, ringer laktat hingga diperoleh volume akhir sebesar 50 ml, kemudian diinfuskan selama 10-30 menit. Larutan natrium-esomeprazole yang direkonstitusi dalam larutan NaCl 0,9% atau ringer laktat harus disimpan pada suhu kamar dan harus digunakan dalam waktu 12 jam setelah rekonstitusi. Sedangkan natrium-esomeprazole yang direkonstitusi dalam dektrosa 5% harus disimpan pada suhu kamar dan harus digunakan dalam waktu 6 jam.

Larutan natrium-esomeprazole harus diperiksa kemungkinan adanya partikel atau adanya perubahan warna sebelum digunakan.

Produsen menyatakan bahwa esomeprazole tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan obat lain dalam satu infus. 

DOSIS

Dosis natrium-esomeprazole maupun magnesium-omeprazole dinyatakan sebagai omeprazole. 

Refluks Gastroesophageal (GERD)
Dosis esomeprazole oral yang direkomendasikan untuk terapi jangka pendek esofagitis erosif dengan GERD adalah 20 atau 40 mg sekali perhari selama 4-8 jam, dengan tambahan selama 4-8 minggu dapat dipertimbangkan utuk memperoleh penyembuhan yang lengkap. 

Untuk terapi GERD tanpa disertai esofagitis erosif adalah 20 mg sekali sehari selama 4 minggu, dan tambahan terapi selama 4 minggu dapat dilakukan bila gejala GERD belum sepenuhnya hilang.

Ulkus Duodenum
Dosis untuk dewasa dengan ulkus duodenum dalam triple kombinasi dengan amoksisilin dan klaritromisin adalah 40 mg sekali perhari peroral selama 10 hari.

Pencegahan Ulkus yang Terinduksi AINS
Dosis lazim dewasa adalah 20 atau 40 mg sekali sehari hingga selama 6 bulan. 

Populasi Khusus
Pada kelompok pasien dengan kerusakan hati yang parah dosis oral esomeprazole tidak boleh lebih dari 20 mg perhari karena AUC pada kelompok pasien ini adalah 2-3 kali lebih besar dibanding dengan AUC pada pasien dengan fungsi hari normal. Penyesuaian dosis tidak perlu dilakukan pada kelompok pasien dengan kerusakan fungsi hati ringan hingga sedang, gangguan fungsi ginjal dan geriatrik.

KONTRAINDIKASI

Pasien dengan hipersensitivitas terhadap esomeprazole atai benzimidazole lainnya atau bahan lain dalam formula.

PERINGATAN/KEWASPADAAN

Kewaspadaan Umum
  1. Efek pada gastrointestinal (GI); gastritis atrofik dapat terjadi pada pasien dengan terapi jangka panjang esomeprazole
  2. Efek pada pernafasan; PPI dikaitkan dengan adanya peningkatan resiko infeksi tertentu (misal pneumonia)
  3. Efek pada muskoloskeletal; penggunaan PPI jangka panjang dan dalam dosis tinggi meningkatkan resiko patah tulang pinggul terutama pada kelompok pasien usia lebih dari 50 tahun. 
  4. Efek pada jantung; Ada kemungkinan penggunaan esomeprazole atau omeprazole dalam jangka panjang beresiko meningkatkan gangguan jantung (infark miokard dan kematian mendadak) 
Kewaspadaan pada Populasi Khusus
  1. Kehamilan; kategori B
  2. Laktasi; tidak diketahui apakah esomeprazole didistribusikan kedalam jaringan susu atau tidak, namun omeprazole telah terbukti didistribusikan kedalam susu, karenanya sebaiknya menghentikan menyusui selama terapi dengan obat ini.
  3. Pediatrik; Khasiat dan keamanan esomeprazole pada anak kurang dari 12 tahun belum diketahui.
  4. Geriatrik; khasiat dan keamanan esomeprazole pada geriatrik sama dengan pada dewasa yang lebih muda.
  5. Pasien dengan kerusakan hati yang parah; diperlukan penyesuaian dosis
REAKSI OBAT MERUGIKAN YANG UMUM

Efek samping yang terjadi pada sekitar 1% atau lebih pasien yang menerima terapi esomeprazole diantara adalah sakit kepala, diare, mual, perut kembung, sakit perut, sembelit dan mulut kering. Efek samping pada pemberian esomeprazole IV hampir sama dengan oral.

INTERAKSI OBAT
  1. Obat-obat yang dimetabolisme melalui enzim mikrosomal hati; mungkin terjadi interaksi farmakokinetik dengan obat-obat yang dimetabolisme melalui sitokrom P-450 (CYP) isoenzim 2C19 (esomeprazole menyebabkan penghambatan metabolisme)
  2. Obat-obat yang tergantung pH lambung, misal ketokonazole, garam besi, dan digoksin penyerapan obat tersebut dipengaruhi oleh pH lambung. 
  3. Warfarin; terjadi peningkatan INR dan waktu protrombin
  4. AINS

Sumber
AHFS