Jumat, 09 November 2012

HEPATITIS E



Hepatitis E adalah bentuk virus hepatitis kelima pada manusia yang telah diketahui keberadaannya. Virus ini mungkin merupakan penyebab paling umum dari penyakit hepatitis dan penyakit kuning (jaundice) diseluruh dunia. Namun di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, hepatitis E jarang ditemukan, demikian pula perannya sebagai penyebab hepatitis tidak nampak berarti. Penyakit hepatitis E mulai dikenal pada tahun 1980, dan pada saat itu dikenal sebagai hepatitis non-A non-B, yang menular dengan cara penularan menyerupai hepatitis A. Tiga tahun kemudian Mikhail Balayan memvisualisasikan virus hepatitis E (HEV) dengan menggunakan mikroskop elektron untuk memeriksa sampel tinjanya sendiri. 

Urutan RNA HEV lebih lanjut dikarakterisasi melalui tes pengembangan antibodi anti-HEV. Immunoassay sensitif enzim menunjukan bahwa antibodi anti-HEV umum ditemukan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Kandungan antibodi yang tinggi dijumpai pada spesies mamalia terutama babi. Tahun 1997, strain HEV babi diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai genotip. 

Karakteristik HEV


HEV adalah virus kecil dengan inti RNA beruntai tunggal dengan panjang 7,2 kb dan berisi 3 bagian frame yang saling tumpang tindih (ORFs);
  1. ORF1 mengkodekan aktivitas enzimatik nonstruktural yang diperlukan untuk replikasi virus
  2. ORF2 kapsid, struktur virus yang mencakup epitop penetral
  3. ORF3 yang belum diketahui fungsinya
Struktur genom HEV unik dan mendefinisikan keluarga Heveviridae, yang merupakan anggota pertama yang diidentifikasi (genus hevevirus). HEV bereplikasi dalam sitoplasma dengan RNA subgemonik memproduksi protein kapsid.

Ada 4 genotip dari HEV yang dimasukan dalam 2 kelompok besar. Genotip 1 dan 2 adalah virus pada manusia yang telah diidentifikasi sebagai penyebab epidemi hepatitis dan berhubungan dengan transmisi yang ditularkan cairan dan fekal-oral. Sedangkan genotip 3 dan 4 adalah virus pada babi namun juga dapat menginfeksi pada manusia. Ada lintas netralisasi antar keempat genotip tersebut yang menunjukan bahwa mereka memiliki satu serotip meskipun ada perbedaan klinis dan epidemiologi. Pertumbuhan in vitro HEV relatif buruk, namun akhir-akhir ini telah ditemukan kultur sel sistem untuk pembiakan HEV genotip 3 dan 4.

Beberapa strain HEV telah teridentifikasi pada beberapa mamalia lainnya selainnya babi, diantaranya yaitu rusa, domba, sapi dan tikus. Beberapa virus diantaranya tampil seperti genotip baru namun sbagian besar menyerupai genotip 3 dan 4. Meskipun beberapa virus telah diketahui menular pada babi, namun tetap saja mereka memiliki potensi untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia. Akhir-akhir ini HEV lain juga telah diidentifikasi pada burung dan ikan, namun kemungkinan juga berasal dari genus yang berbeda dan berpotensi menginfeksi manusia.

Penetapan Diagnosa


Seperti halnya virus hepatitis lainnya, viremia muncul selama periode hepatitis E, dan antibodi (IgG dan IgM) muncul pada onset klinis sebelum munculnya symptom dan meningkatnya level enzim aminotransferase. Pemulihan ditandai dengan pemberantasan virus, peningkatan titer IgG dan penurunan kadar IgM. HEV dapat dijumpai pada tinja, biasanya selama masa inkubasi, masa infeksi aktif dan saat awal pemulihan. Antibodi IgG dan IgM tetap akan terdeteksi selama 3-12 bulan, Sedangkan antibodi IgG anti-HEV akan bertahan bertahun-tahun.

Tes antibodi anti-HEV (termasuk IgG dan IgM) tersedia secara komersial. Namun sayangnya spesifisitas dan sensitivitasnya bervariasi secara luas. Pada studi di Amerika Serikat prevalensi antibodi anti-HEV pada populasi donor darah adalah 3,6%. 

Pasien dengan hepatitis akut maupun kronis harus menjalani uji antibodi anti-HEV IgM, dengan hasil positif menunjukan adanya infeksi virus yang sedang berlangsung. Pengujian HEV RNA dalam serum dan tinja saat ini masih bersifat eksperimental. Pengujian serologi dan virologi tersedia secara terbatas di Centers for Disease Control and Prevention (www.cdc.gov/hepatitis).

Epidemiologi


Dinegara berkembang, hepetitis E terjadi secara sporadis dan epidemik, dan mempengaruhi sebagian besar penduduk. Sebagain besar diantaranya disebabkan oleh genotip 1 (genotip 2 di Meksiko dan Afrika Selatan). Tingkat antibodi anti-HEV didaerah-daerah tersebut berkisar 30-80%. Di Bangladesh kejadian infeksi dipelajari dengan metode kohort dan prospektif pada populasi umum dan wanita hamil yang terutama rentan terhadap hepatitis fulminan. Kejadian HEV pada masyarakat umum adalah sebesar 6,4% diantara 1200 orang pada semua kelompok usia. Sedangkan pada kelompok wanita hamil kejadian hepatitis adalah sebesar 4,6% dan 5,6%. Penilaian terhadap status mikronutrien dan tingkat sitokin serum memainkan peran penting yang mengindikasikan bahwa status gizi dan fitur imunologi sangat berpengaruh pada kerentanan terhadap infeksi ini. 

Manivestasi Klinis

Hepatitis E akut memiliki masa inkubasi sekitar 3-8 minggu, sebuah fase prodromal yang singkat, sebuah periode munculnya simptom atau jaundice yang akan berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Dalam beberapa kasus hepatitis ini tidak berkembang menjadi kronis. Tingkat kematian pada penyakit ini berkisar antara 0-10% dengan rata-rata 5%, namun hubungan antara hepatitis fulminan dengan kehamilan (yang umumnya terinfeksi genotip 1) dalam hal ini belum diketahui.