Senin, 14 November 2011

Public Warning sebagaimana dilansir oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan bahwa beberapa produk obat tradisional (jamu) yang beredar luas dimasyarakat terbukti mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). BKO yang ditambahkan dalam jamu telah mengalami perubahan tren. Pada tahun sebelum tahun 2007, BKO yang banyak ditambahkan dalam jamu tersebut adalah obat-obat golongan analgesik dan antiinflamasi, seperti ibuprofen, diklofenak, piroksikam dan allopurinol. Namun, kini BKO yang banyak ditambahkan pada jamu merupakan BKO golongan aprodisiak pada jamu sehat lelaki dan antijamur dan pelangsing pada jamu sehat perempuan.

Aprodisiak yang dijumpai dalam jamu tersebut antara lain sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil. Beberapa jamu sehat lelaki juga terbukti mengandung metilteststeron atau yohimbin. Metronidazol merupakan BKO yang sering ditambahkan pada jamu sehat perempuan yang diklaim dapat mengatasi masalah keputihan. Sibutramin sering ditambahkan dalam sediaan jamu sehat perempuan yang diklaim dapat membantu menurunkan berat badan (pelangsing).

Jamu atau obat tradisional apa pun yang ada di Indonesia, sangat tidak diperbolehkan mengandung tambahan bahan kimia obat dalam dosis berapa pun. Hal ini, larangan tersebut sangat beralasan untuk menjamin penggunaan obat yang rasional dan menjamin keamanan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam tulisan ini, penulis ingin mengungkapkan kajian singkat tentang BKO tersebut diatas, dan resiko penggunaannya yang tidak rasional, sehingga kita perlu mewaspadai penggunaan produk obat tradisional yang mungkin mengandung BKO tersebut. Penambahan BKO dalam jamu umumnya tidak memperhitungkan faktor keamanannya bagi konsumen, BKO tersebut merupakan obat keras yang ditambahkan dalam jumlah yang tidak diketahui kadarnya dan dipasarkan sebagai obat bebas, sehingga sangat beresiko bagi konsumen, terutama konsumen dengan gangguan atau penyakit tertentu, yang mungkin penggunaan BKO tersebut sebenarnya dikontraindikasikan penggunaannya.

Sildenafil Sitrat, Tadalafil dan Vardenafil (Inhibitor Phosphodiesterase)


Sildenafil sitrat, yang tersedia dalam sediaan paten berupa Viagra®, pada dasarnya adalah obat antihipertensi golongan vasodilator. Obat ini diindikasikan dalam terapi hipertensi arteri pulmonar/ pulmonary arterial hipertension (PAH) dan disfungsi ereksi. 

Sildenafil sitrat yang ditambahkan kedalam jamu sehat lelaki tentu bukan dimaksudkan untuk terapi PAH, melainkan untuk meningkatkan kemampuan ereksi. Proses ereksi dapat terjadi setelah terjadi relaksasi nonvaskuler otot polos dari corpora cavernosa. Relaksasi ini menyebabkan aliran darah keseluruh arteri yang memberikan tekanan pada sinus cavernosa, tekanan darah tersebut menyebabkan terjadinya ereksi. Sedangkan secara fisiologis, ereksi terjadi sebagai respon terhadap pelepasan nitat oksida dari syaraf nonadrenergik-nonkolinergik terkait dengan debit syaraf parasimpatis. 

Disfungsi ereksi merupakan suatu keadaan yang sering dialami pria pada usia lanjut. Disfungsi ereksi relatif jarang terjadi pada pria usia kurang dari 40 tahun. Angka kejadian disfungsi ereksi sebanding dengan peningkatan usia, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa kondisi medis seseorang seperti gangguan sistem vaskuler, syaraf, psikogenik, dan sistem hormonal yang berepran langsung terhadap mekanisme terjadinya ereksi.

Sildenafil sitrat merupakan salah satu inhibitor (penghambat) phosphodiesterase, selain tadalafil (Cialis ®) dan vardenafil (Levitra®).

Ketiga obat tersebut merupakan obat keras yang penggunaannya harus tepat indikasi (diagnosa yang sesuai) dan dikontraindikasikan (tidak boleh digunakan) pada beberapa kasus, sehingga tidak boleh digunakan secara bebas. Maka kemungkinan adanya obat-obat tersebut dalam jamu harus sangat dihindari, sehingga tidak merugikan konsumen, yang maksudnya ingin sehat, namun justru memperparah atau bahkan menimbulkan masalah kesehatan baru.


Bail sildenafil sitrat, tadalafil maupun vardenafil tidak dianjurkan penggunaannya pada orang-orang dengan fungsi ereksi yang normal, karena dapat meningkatkan resiko efek merugikan obat. Obat-obat tersebut juga tidak dianjurkan digunakan dalam kombinasi dengan obat lainnya, termasuk dengan bahan alam, seperti halnya komponen dalam jamu.


Sildenafil sitrat, tadalafil maupun vardenafil dapat menimbulkan efek-efek merugikan yang sifatnya ringan hingga sedang, atau pun yang terbatas pada individu tertentu yang segera hilang gejalanya bila penggunaannya dihentikan. Efek merugikan yang sering terjadi pada penggunaan dosis lazim dapat berupa sakit kepala, dispepsia, hidung tersumbat, dan pening.