Minggu, 17 Juni 2012

FARMAKOTERAPI ISPA



Kualitas udara yang kurang baik dan tingkat pencemaran yang tinggi, mungkin menjadi salah faktor penyebab tingginya infeksi saluran nafas dinegara ini. Infeksi saluran nafas dapat terjadi pada berbagai titik disepanjang lokasi saluran nafas.

Infeksi saluran nafas berdasarkan wilayah infeksinya dapat digolongkan menjadi:

  1. Infeksi saluran nafas atas (ISPA) meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotis, tonsilitis dan otitis.
  2. Infeksi saluran pernafasan bawah meliputi infeksi pada bronkhus dan alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis dan pneumonia.
Infeksi saluran nafas atas lebih banyak terjadi daripada saluran nafas bawah. ISPA ini memerlukan penanganan yang baik karena dampak komplikasinya. Komplikasi ISPA dapat berupa otitis, sinusitis dan faringitis. Secara umum penyebab ISPA adalah infeksi virus dan bakteri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi saluran nafas antara lain:
  1. Faktor lingkungan, lingkungan yang kurang bersih dengan kontaminan bakteri yang tinggi menyebabkan bakteri dan virus dengan mudah menyebar.
  2. Perilaku masyarakat yang kurang hygieni menyebabkan kuman penyebab ISPA mudah menyebar dan menular ke individu lain
  3. Rendahnya gizi, rendahnya gizi seseorang menyebabkan sistem imun seseorang tersebut relatif rendah sehingga mudah terkena infeksi.
Otitis Media

Otitis media adalah salah satu komplikasi serius pada ISPA. Otitis media adalah inflamasi pada telinga bagian tengah. Otitis media dapat bersifat akut, efusi maupun kronis. Otitis media banayk terjadi pada anak-anak dan bayi. Puncak insiden otitis media terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 3 tahun.

Otitis media terjadi  karena adanya obstruksi pada tuba eustachius, dan penyebab sekunder berupa menurunnya imunokompetensi pada anak. Otitis media kronis berlangsung terus menerus selama lebih dari 3 tahun.

Gejala Otitis Media
Otitis media akut ditandai dengan:
  1. Peradangan lokal, otalgia, dan otorrhea
  2. Iritabilitas dan kurang istirahat
  3. Nafsu makan yang menurun
  4. Demam, nyeri
  5. Pada otitis media akut yang parah dapat disertai dengan hilangnya pendengaran
Manivestasi klinis otitis media pada anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat nonspesifik seperti:
  1. Iritabilitas, demam, mudah terbangun dari tidur pada malam hari
  2. Nafsu makan menurun
  3. Pilek dan tanda rhinitis
  4. Konjungtivitis
Penyebab Otitis Media
Otitis media dapat disebabkan oleh banayk faktor diantaranya:
  1. Pada banyak kasus disebabkan oleh infeksi virus
  2. Etiologi antara infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri dibedakan berdasarkan presentasi klinisnya
  3. Otitis media biasanya diperparah oleh infeksi virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius yang menyebabkan akumulasi cairan dan mukus yang kemudian terinfeksi bakteri
  4. Bakteri patogen yang paling umum pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis
  5. Bakteri yang terlibat pada infeksi kronis antara lain P.aeruginosa, Proteus species, Staphilococcus aureus dan gabungan anaerob
Terapi
Outcome terapi:
  1. Mengurangi gejala
  2. Eradikasi infeksi
  3. Mencegah komplikasi
Terapi utama:
  1. Terapi otitis media akut adalah antibiotika oral dan tetes jika disertai pengeluaran sekret.
  2. Lama terapi antibiotik ini 5 hari bagi pasien dengan resiko rendah (anak usia lebih dari 2 tahun serta tidak memiliki riwayat ulangan ataupun otitis kronis), dan 10 hari bagi pasien resiko tinggi
  3. Antibiotika yang digunakan dapat berupa antibiotika lini pertama dan antibiotika lini kedua. Antibiotika lini pertama adalah amoksisilin dengan dosis 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3, bagi pasien otitis resiko rendah. Sedangkan antibiotika lini kedua dapat berupa amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, atau cefuroksim dengan dosis anak 40 mg/kg/hari yang terbagi dalam 2 dosis, atau cefprozil dengan dosis anak 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, atau cefixime dengan dosis anak 8 mg/kg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi 2.
  4. Antibiotika lini kedua diindikasikan bila: antibiotika pilihan pertama gagal, riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama, hipersensitivitas terhadap antibiotika pilihan pertama, organisme telah resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang terlebih dahulu dibuktikan dengan tes sensitivitas, atau karena adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua.
  5. Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten (menetap lebih dari 6 hari) adalah dengan memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama.
  6. Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan adalah dengan menggunakan amoksisilin 20 mg/kg sekali sehari selama 2-6 bulan, terbukti mampu mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50%
Terapi penunjang:
  1. Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyaman khusus pada anak
  2. Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran nafas atas.
Sinusistis

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasai. Peradangan ini banayk dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya diawali dengan adanya infeksi saluran nafas atas. Sinusitis dibedakan menjadi: 
  1. Sinusitis akut, pada sinusitis ini infeksi dapat berlangsung hingga 30 hari dengan gejala yang menetap dan atau berat. Gejala yang menetap berupa sekret hidung, batuk disiang hari yang akan bertambah parah pada malam hari dan bertahan selama 10-14 hari. Gejala yang berat berupa sekret yang purulen dan disertai demam hingga 39 derajat celcius selama 3-4 hari.
  2. Sinusitis sub-akut, ditandai dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi sekurang-kurangnya 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan.
  3. Sinusitis kronis, bila gejala sinustis terus berlanjut hingga lebih dari 6 bulan
Tanda-tanda Sinusitis
  1. Tanda lokal sinusitis berupa hidung tersumbat, sekret hidung yang kental, berwarna hijau atau kekuningan atau jernih, kadang juga disertai bau, nyeri tekn diarea pipi, antara kedua mata dan dahi.
  2. Tanda umum sinusitis adalah batuk, demam tinggi, sakit kepala/migrain dan menurunnya nafsu makan.
  3. Sinusitis virus dan bakteri biasanya dibedakan dengan kualitas demam dan warna sekret hidung. Sinusitis virus umumnya menghasilkan sekret hidung yang jernih dan cair.
Penyebab Sinusitis
Sinusitis dapat disebabkan oleh bakteri atau pun virus. Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran nafas atas.

Bakteri yang paling umum dapat menyebabkan sinusitis adalah:
  1. Sinusitis akut: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
  2. Sinusitis kronis: semua bakteri yang dapat menyebabkan sinusitis akut ditambah dengan keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus.
Terapi
Tujuan terapi:
  1. Menurunkan/mengurangi gejala
  2. Mencegah eradikasi patogen penyebab
  3. Mencegah penularan
Sekitar 65% penderita sinusitis sembuh dengan sendirinya, khususnya pada sinusitis akibat infeksi virus.

Terapi utama:
  1. Terapi utama meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari kecuali bila menggunakan azitromisin.
  2. Untuk gejala yang menetap maka penggunaan antibiotika dapat diperpanjang 
  3. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi
Terapi pendukung:
  1. Terapi pendukung dengan pemberian analgesik dan dekongestan
  2. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi
  3. Waspadai penggunaan antihistamin, karena antihistamin dapat mengentalkan sekret
  4. Pemakaian dekongestan topikal dapat membantu pengeluaran sekret
  5. Hindari penggunaan antitusif
Antibiotika untuk terapi sinusitis diantaranya:
Antibiotika lini pertama pada sinusitis akut
  1. Amoksisilin dengan dosis pada anak 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3, sedangkan pada orang dewasa dosisnya 3x500 mg perhari.
  2. Amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2 dan pada dewasa 2x875 mg perhari.
  3. Kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol (kotrimoksazol) dosis anak 6-12 mg/kg/hari trimetoprim dan 30-60 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x2 tablet
  4. Eritromisin, dosis anak 30-50 mg/kg/hari setiap 6 jam, dan dosis dewasa 4x250 mg
  5. Doksisiklin, hanya untuk dewasa dengan dosis 2x100 mg
Antibiotika lini kedua pada sinusitis akut
  1. Amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dan dosis dewasa 2x875 mg perhari
  2. Cefuroksim, untuk dewasa 2x500 mg perhari
  3. Klaritromisin, dosis anak 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x250 mg perhari
  4. Azitromisin, dosis dewasa 1x500 mg, kemudian 1x250 mg selama 4 hari berikutnya
  5. Levofloksasin, dosis dewasa 1x250-500 mg perhari
Antibiotika untuk terapi sinusitis kronis
  1. Amoksisilin-asam kalvulanat, dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x875 mg perhari
  2. Azitromisin, dosis anak 10 mg/kg/hari pada hari pertama diikuti 5 mg/kg/hari selama 4 hari berikutnya dalam dosis tunggal, dosis dewasa 1x500 mg pada hari pertama diikuti 1x250 mg selama 4 hari berikutnya.
  3. Levofloksasin, untuk dewasa 1x250-500 mg 
Sinusitis lebih banyak disebabkan oleh infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya. Infeksi bakteri biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi virus. Amoksisilin masih menjadi obat pilihan pertama dalam terapi sinusitis.

Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita oleh anak-anak usia 5-15 tahun di daerah dengan iklim panas.

Tanda-tanda Faringitis
  1. Gejala faringitis yang mendadak muncul dapat sembuh dengan sendirinya
  2. Demam atau gejala lainnya umumnya berlangsung selama 3-5 hari pertama masa inkubasi
  3. Tanda-tanda lain untuk infeksi virus atau bakteri hampir sama
Karakteristik Faringitis
  1. Demam yang tiba-tiba
  2. Nyeri tenggorokan dan nyeri telan
  3. Mual, muntah dan anoreksia
  4. Sakit kepala
  5. Faring, palatum, dan tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan
  6. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan
  7. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil
Terapi
Tujuan terapi:
  1. Mencegah eradikasi penyebab
  2. Mengatasi gejala secepat mungkin
  3. Mencegah penyebaran infeksi
  4. Membatasi/mencegah komplikasi
Terapi faringitis
Terapi utama
  1. Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A
  2. Antibiotika terapi faringitis dapat berasal dari penisilin dan derivatnya, sefalosporin dan makrolida
  3. Penisilin dan turunannya termasuk amoksisilin menjadi pilihan terapi lini pertama
  4. Lama terapi antibiotika oral adalah 10 hari, kecuali dengan azitromisin cukup 5 hari
Antibiotika pilihan untuk faringitis adalah:
  1. Penisilin G dengan dosis 1x1,2 juta unit secara intramuskular (IM) dalam dosis tunggal
  2. Penisilin VK dengan dosis anak 2-3x250 mg perhari selama 10 hari
  3. Amoksisilin dengan dosis anak 3x250 mg selama 10 hari
  4. Eritromisin dengan dosis anak 4x250 mg selama 10 hari
Terapi pendukung
  1. Analgesik dan antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen
  2. Kumur dengan larutan garam atu gargarisma
  3. Gunakan tablet hisap untuk nyeri tenggorokan
Penisilin dengan spektrum sempit telah digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, dan menunjukan adanya gejala penurunan efektivitas, sehingga penggunaannya tergantikan oleh amoksisilin. Akhir-akhir ini sefalosporin menunjukan bukti lebih baik dibanding amoksisilin, namun sefalosporin ini bukanlah pilihan utama dalam terapi ISPA. Makrolida terbukti efektif namun memiliki tolerabilitas yang rendah sehingga penggunaannya sangat terbatas. Kecenderungan terapi ISPA saat ini adalah dengan menggunakan sefalosporin.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran pernafasan atas yang sering terjadi pada anak-anak adalah otitis media, sinusitis dan faringitis. Penyakit-penyakit tersebut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri dan pada dasarnya dapat sembuh dengan sendirinya (self limited). Terapi utama ditujukan untuk mencegah eradikasi bakteri dan terapi penunjang untuk mengurangi gejala. Antibiotika amoksisilin masih menjadi pilihan pertama dalam penanganan ISPA. 



Sumber:
Materi ini disampaikan oleh Dr. Joseph I. Sigit, M.Si., Apt
dalam seminar "Peranan Apoteker dalam Penggunaan dan Pemilihan Antibiotika yang Bijaksana"
PC IAI Kota Bandung
Hotel Aston Tropicana, Bandung 22 Januari 2011