Delayed drug delivery system (DDS), zero-order DDS, and site-specific DDS adalah bentuk-bentuk sediaan farmasi padat yang sedang menjadi fokus para peneliti. DDS oral melepaskan obat setelah melewati satu periode waktu yang terprogram, yang dimaksudkan untuk pengobatan penyakit yang mengikuti ritme sirkadian. Sistem ini terdiri dari inti dan pelapis. Inti dilapisi dengan polimer penghambat film atau kompresi, yang mencegah pelepasan obat dari inti hingga lapisan polimer tersebut benar-benar bengkak dan terkikis. Kepatuhan pasien yang lebih baik dan area permukaan yang besar pada saluran gastrointestinal adalah dua keuntungan dari bentuk sediaan ini. Sistem penghantaran obat zero-order dirancang dengan asumsi bahwa proses fisiologis dan fungsi biologis bersifat konstan dari waktu ke waktu.
Atenolol merupakan agen pemblok reseptor beta-adrenergik (β-adrenergik) yang selektif pada reseptor β1 tanpa aktivitas agonis parsial simpatomimetik intrinsik atau stabilisasi membran. Pada pria, setelah pemberian dosis oral, obat diabsorpsi dengan cepat dan konsisten meski tidak lengkap. Sekitar 50% diserap melalui saluran cerna dan sisanya diekskresikan dalam bentuk utuh melalui tinja. Atenolol diberikan sebagai dosis harian tunggal. Atenolol merupakan agen antihipertensi yang mampu memberikan kontrol tekanan darah selama 24 jam.
Nifedipin merupakan serbuk kristal kuning, praktis tidak larut dalam air namun larut dalam etanol. Sediaan nifedipin 20 mg dalam bentuk tablet dengan pelepasan tertunda digunakan sebagai dosis tunggal harian peroral. Nifedipin selektif menghambat masuknya ion kalsium melalui membran otot polos pembuluh darah dan jantung tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum. Nifedipin merupakan vasodilator arteri perifer yang bekerja langsung pada otot polos vaskular. Pengikatan nifedipin tergantung pada tegangan dan mungkin dioperasikan melalui kanal reseptor. Nifedipin benar-benar diabsorpsi setelah pemberian oral. Bioavailabilitas nifedipin setelah pemberian tablet dengan pelepasan tertunda sekitar 84-89%. Konsentrasi plasma puncak tercapai setelah 2,5-5 jam dan dengan waktu paruh eliminasi sekitar 7 jam.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Pembuatan Serbuk Atenolol
65 mg kalsium phosphat dibasik (DPC) dicampur dengan 50 mg atenolol, dan campuran tersebut kemudian dicampurkan dengan 30 mg talk murni. Kemudian mini-tablet nifedipin dimasukan kedalam cangkang kapsul ukuran 0 dan kemudian diisikan pula serbuk atenolol. Kemudian kapsul ditutup.
STUDI EVALUASI
Sediaan tablet-dalam-kapsul adalah sediaan oral yang terdiri dari sediaan mini tablet dalam cangkang kapsul yang keras. Tujuan pengembangan formula tablet-dalam-kapsul yang mengandung atenolol dan nifedipin adalah untuk manajemen hipertensi. Penyiapan sediaan ini dilakukan dengan metode bubuk mengalir bebas untuk atenolol dan metode granulasi basah untuk penyiapan nifedipinnya. Untuk menghasilkan pelepasan obat yang berkelanjutan polimer HPMC K-100 digunakan sebagai lapisan ekstragranular. Natrium glikolat sebagai super disintegrants. Serbuk mengalir bebas dari atenolol dievaluasi dengan studi variasi berat. Sedangkan kompresi tablet nifedipin dievaluasi dengan variasi berat, dimensi, kekerasan, kerapuhan, kandungan obat dan pelepasan obat in vitro.
Sumber
Disarikan dari artikel penelitian berjudul "Development ang Evaluation for Tablet-in Capsule of Nifedipine and Atenolol"
yang dipublikan di www.ijpbs.com
- Atenolol dan nefedipin sebagai zat aktif
- Laktosa sebagai diluen
- Isoprofil alkohol sebagai pengikat larutan eksipien
- PVP-k30 sebagai pengikat
- HPMC k100 sebagai polimer adhesif
- Na-CMC sebagai pengikat
- Talk sebagai glidan
- Magnesium stearat sebagai lubrikan
- Sodium starch glycolate sebagai disintegran
- Na-SLS sebagai solubiizing agent
- MCC sebagai disintegran
Formula Umum Mini-tablet Nifedipin
Nifedipin 20
mg
Laktosa 21
mg
Isoprofil alcohol 1 ml
PVP-k30 1
mg
HPMC-k100 20
mg
Na-CMC 24
MG
Talk 2 mg
Mg-stearat 2
mg
Na-Starch glycolate 2
mg
Na-SLS 2
mg
MCC 10
mg
Total : 105 mg
Pembuatan mini-tablet nifedipin dibuat dalam 3 variasi formula yang dibedakan berdasarkan variasi laktosa dan HPMC-k100, yaitu masing-masing 31, 21 dan 11 mg laktosa dan 10,20 dan 30 HPMC-k100.
Pembuatan Serbuk Atenolol
65 mg kalsium phosphat dibasik (DPC) dicampur dengan 50 mg atenolol, dan campuran tersebut kemudian dicampurkan dengan 30 mg talk murni. Kemudian mini-tablet nifedipin dimasukan kedalam cangkang kapsul ukuran 0 dan kemudian diisikan pula serbuk atenolol. Kemudian kapsul ditutup.
STUDI EVALUASI
- Variasi berat kapsul; 20 kapsul ditimbang secara individu, kemudian dihitung berat rata-rata kapsul dan berat masing-masing kapsul dibandingkan dengan berat rata-rata kapsul. Kapsul memenuhi uji USP jika tidak lebih dari 2 kapsul yang diluar batas persentase dan tidak ada kapsul yang berbeda beratnya lebih dari 2 kali batas persentase (± 7,5%)
- Uji friabilitas mini-tablet nifedipin; Uji kerapuhan dilakukan dengan Roche Friabilator. 20 tablet ditimbang dan kemudian dimasukan kedalam plastik friabilator kemudian diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit, tablet dapat dinyatakan memenuhi syarat jika friabilitasnya 0,25-1% dari beratnya.
- Uji kekerasan mini-tablet nifedipin; Uji kekerasan dilakukan dengan Pfizer tester
- Uji ketebalan dan diameter mini-tablet; diameter dan ketebalan diukur dengan skala kaliber verniar. Nilai standar ± 5%.
KESIMPULAN
Sumber
Disarikan dari artikel penelitian berjudul "Development ang Evaluation for Tablet-in Capsule of Nifedipine and Atenolol"
yang dipublikan di www.ijpbs.com