Parasetamol merupakan salah satu zat aktif yang cukup populer dikalangan masyarakat. Bahkan mungkin dapat dikategorikan sangat terkenal. Parasetamol sebagai agen antianalgesik (andti nyeri) dan antipiretik (penurun demam) sangat mudah didapatkan secara bebas dari mulai warung-warung, apotek, rumah sakit dan semua sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Nama dan Struktur Kimia Parasetamol
Parasetamol memiliki nama kimia sistematis sebagai N-(4-hidroksifenil)ethanamide. Parasetamol juga dikenal dengan nama asetaminofen. Parsetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 dengan bobot molekul 151,17 g/mol.
Struktur parasetamol terdiri dari sebuah cincin benzen yang tersubstitusi oleh gugus hidrokdil (-OH) dan atom nitrogen dari gugus amida yang berada pada posisi para (1,4), sehingga senyawa tersebut dinamai dengan para-asetaminofenol yang kemudian lebih dikenal dengan parasetamol. Parasetamol merupakan metabolit aktif dari phenacetine, yang juga merupakan agen analgesik dan antipiretik. Parasetamol lebih disukai karena parasetamol tidak bersifat karsinogenik pada dosis terapi.
Rumus struktur parasetamol
Klasifikasi
Menurut peraturan perundangan-undangan parasetamol diklasifikasikan sebagai obat bebas, artinya sediaan oral parasetamol ini dapat diperdagangkan secara bebas, untuk mendapatkan parasetamol tidak diperlukan resep dokter.
Sedangkan menurut aktivitas farmakologinya, parasetamol digolongkan kedalam kelas antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang lebih populer digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Aktivitas antiinflamsi parasetamol tidak signifikan, sehingga tidak direkomendasikan penggunaannya sebagai antiinflamasi. Namun demikian parasetamol memiliki aktivitas yang serupa dengan AINS.
Kegunaan Medis
Parasetamol dalam dunia farmasi dan kedokteran digunakan pada kondisi:
- Demam (antipiretik). Parasetamol digunakan untuk menurunkan panas demam yang dapat digunakan pada semua golongan umur pasien. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan parasetamol pada anak dengan suhu badan lebih dari 38,5 derajat celcius. Parasetamol meiliki aktivitas antipriretik yang lebih rendah dari ibuprofen. Kendati demikian parasetamol telah memberikan peran yang telah terbukti pada penanganan analgesik dan antipiretik pada pediatrik (pasien anak-anak).
- Nyeri. Parasetamol digunakan secara luas terhadap manivestasi nyeri ringan hingga sedang pada berbagai bagian tubuh. Parasetamol memiliki sifat analgesik yang sebanding dengan aspirin, namun sifat antiinflamsinya lebih rendah. Parasetamol dapat ditoleransi lebih baik daripada aspirin pada pasien dengan produksi asam lambung yang tinggi dan atau dengan pendarahan saluran cerna. Parasetamol dapat menghilangkan nyeri artritis ringan, namun tidak berefek pada penyebab nyeri tersebut yaitu peradangan yang mendasarinya, kemerahan dan pembengkakan sendi. Efektivitas parasetamol yang digunakan dalam kombinasi dengan opioid lemah seperti kodein masih diragukan. Sedangkan kombinasinya dengan opioid kuat seperti morfin telah terbukti dapat mengurangi dosis opioid.
Mekanisme Kerja
Hingga saat ini mekanisme kerja yang lengkap dari parasetamol belum dipahami seluruhnya. Mekanisme kerja utamanya adalah dengan penghambatan pada kerja enzim siklooksigenase (COX) yang lebih banyak pada COX-2. Jika dibandingkan sifat analgesik dan antipiretiknya dengan aspirin atau AINS lainnya, aktivitas antiinflamasinya dibatasi oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan karena tingginya kadar peroksida pada daerah yang mengalami inflamasi. Belakangan diketahui bahwa aktivitas analgesik disebabkan oleh sebuah metabolit arasetamol yang berikatan pada reseptor TRPA1 pada sumsum tulang belakang untu menekan transduksi sinyal dari lapisan dangkal tanduk belakang untuk mengurangi rasa nyeri. Selektivitas parasetamol pada enzim COX-2 tidaklah selektif. Enzim COX merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam metabolisme asam arakhidonat membentuk prostaglandin H2, yang merupakan agen pro inflamasi. AINS bekerja dengan memblokir langkar tersebut. Enzim COX sangat aktif saat berada dalam kondisi teroksidasi. Parasetamol mengurangi teroksidasinya enzim COX sehingga menghambat pembentukkan senyawa pro-inflamasi, sehingga menurunkan set-titik pada pusat termoregulasi. Parasetamol juga memodulasi kanabinoid endogen. Parasetamol yang dimetabolisme menjadi AM404, suatu senyawa yang memiliki beberapa aktivitas, yang mana menghambat pengambilan kembali kanabinoid endogen atau anandamide vaniloid oleh neuron. Pengambilan kembali anandamide akan menurunkan tingkat sinaptik dan aktivitas reseptor nyeri utama (nociceptor) dari tubuh, dan TRPV1 (nama lain reseptor vaniloid). Melalui penghambatan pengambilan kembali anadamide maka tingkat sinap tetap tinggi dan memungkinkan reseptor TRPV1 tak terpengaruh sebagaimana yang dilakukan oleh kapsaisin. Selanjutnya AM404 menghambat saluran natrium seperti mekanisme yang terjadi pada anestesi lidokain dan prokain.
Efek Merugikan Parasetamol
Pada dosis yang direkomendasikan, efek samping parasetamol tergolong ringan. Berbeda dengan aspirin, parasetamol tidak menyebabkan pengenceran darah dan gangguan ulkus peptikum. Dibandingkan dengan ibuprofen yang dapat menyebabkan diare, mual dan nyeri abdomen, parasetamol lebih dapat ditoleransi. Pada penggunaan jangka panjang parasetamol dapat menyebabkan:
- Komplikasi saluran cerna seperti pendarahan
- Kerusakan ginjal dan hati
- Parasetamol dimetabolisme dihati dan bersifat hepatotoksik
- Efek merugikan parasetamol tersebut akan semakin berat pada pasien dengan kerusakan hati atau pada alkoholik kronis
- Pengguna parasetamol kronis juga beresiko mengalami kanker darah
Parasetamol juga relatif aman digunakan pada wanita hamil karena tidak mempengaruhi penutupan duktus arteriosus janin. Namun sebuah penelitian pada Oktober 2010, telah mengaitkan adanya hubungan pada penggunaan parasetamol dengan kemandulan pada wanita yang belum pernah melahirkan. Tidak seperti opioid, parasetamol tidak menyebabkan euforia, namun ada indikasi dapat menimbulkan gangguan psikologis.
Overdosis
Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati.