Rabu, 30 Januari 2013

ANTIOBESITAS



Anda bermasalah dengan kelebihan berat badan?. Berbagai upaya dan penggunaan obat antiobesitas tak kunjung membantu Anda mendapatkan bobot badan yang ideal?. Obesitas, atau kegemukan memang telah menjadi masalah estetika dan kesehatan yang semakin memprihatinkan. Kegemukan tak hanya membuat penampilan tampak tidak menyenangkan, namun juga mengundang berbagai potensi penyakit.

Interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan dan sosial budaya telah mendukung terjadinya peningkatan proporsi abesitas dimasyarakat, terutama di negara-negara maju. Obesitas memberikan konsekuensi yang serius pada berbagai masalah kesehatan yang timbul kemudian mengikuti kasus obesitas itu sendiri. Konsekuensi kesehatan tersebut dapat melibatkan semua organ dan sistem organ dan berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan kualitas hidup seseorang. Tujuan terapi obesitas adalah tercapainya keseimbangan energi negatif. Dalam beberapa kasus, penggunaan terapi obat (farmakologis) dapat sangat membantu pencapaian tujuan tersebut.


Meskipun dalam beberapa kasus, penggunaan obat (antiobesitas) dapat membantu terapi obesitas, namun sejauh ini telah banyak obat-obat antiobesitas yang kini mulai ditinggalkan penggunaannya karena adanya efek samping yang merugikan dari obat-obat tersebut. Obat-obat antiobesitas yang telah terbukti memberikan efek samping merugikan yang serius diantaranya: 
  • Aminorex, dapat menyebabkan hipertensi pulmonar
  • Fenfluramin dan deksfenfluramin yang dapat menyebabkan valvulopati
  • Fenilpropanolamin yang dapat menyebabkan stroke
  • Rimonabant yang dapat memicu keinginan dan perilaku bunuh diri
  • Sibutramin yang dapat memicu terjadinya infark miokard dan stroke
Penghapusan dan pencabutan peredaran sibutramin dipasaran, menyisakan orlistat sebagai satu-satunya obat antiobesitas yang masih diperbolehkan peredarannya. 

Mengingat perlunya obat antiobesitas sebagai upaya terapi obesitas, akhir-akhir ini, FDA menyetujui peredaran dua jenis obat antiobesitas baru. Kedua obat tersebut direkomendasikan untuk orang dewasa yang mengalami obesitas kronis (BM= body mass index, lebih dari atau sama dengan 30), atau pada seseorang yang memiliki BMI lebih dari atau sama dengan 27 yang disertai adanya komplikasi yang berhubungan dengan masalah berat badan tersebut. Kedua obat tersebut dipasarkan dengan nama Belviq (lorkaserin) suatu obat yang dikembangkan oleh Arena Pharmaceuticals, dan Qsymia (phentermine atau fentermin dan topiramat lepas lambat) yang dikembangkan oleh Vivus. 

Belviq (lorkaserin) adalah suatu agen agonis serotonin selektif (5-hydroxytryptamine) 2C (5-HT2C). Sedangkan Qsymia merupakan kombinasi dosis tetap antara fentermin suatu simpatomimetik amina yang mana memberikan efek anorektik (anorectic) dan topiramat yang merupakan agen antiepilepsi. Kombinasi kedua obat tersebut akan membantu menekan nafsu makan dan pada beberapa orang akan membantu menyeimbangkan energi negatif.

Pada uji klinis terkontrol plasebo, disimpulkan bahwa kelompok pasien yang menjalani modifikasi gaya hidup ditambah terapi lorkaserin dan fentermin-topiramat, pada tahun pertama pengujian mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu, pemberian obat ini juga memberikan perubahan yang menguntungkan pada parameter kardiometabolik dan antropometri seperti:
  • Tekanan darah
  • Level HDL-kolesterol
  • Lingkar pinggang
  • Peningkatan level hemoglobin terglikasi pada kelompok pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2

Pada awalnya, lorkaserin dihubungkan dengan berbagai efek merugikan yang ditemui pada pengujian praklinis dengan menggunakan tikus sebagai hewan ujinya. Beberapa efek merugikan tersebut diantaranya:
  • Peningkatan insiden tumor, terutama tumor otak dan mamae (payudara)
  • Peningkatan resiko valvulopati
Namun setelah dilakukan readjudicated patologis, resiko tumor payudara pada manusia tersebut menurun. Dan dalam sebuah studi klinis yang lain diketahui bahwa hanya sedikit lorkaserin yang memasuki sistem saraf, dan menunjukan batas keamanan yang besar pada manusia.

Lorkaserin memiliki resiko valvulopati yang relatif rendah, dan bisa dinyatakan aman penggunaannya pada manusia. 

Sedangkan potensi keamanan yang serius dari kombinasi fentermin-topiramat adalah adanya efek teratogenisitas dan peningkatan detak jantung. Data pendahuluan menunjukan bahwa wanita yang mengkonsumsi topiramat selama masa kehamilannya lebih beresiko melahirkan bayi dengan cacat wajah. Sehingga persetujuan penggunaan fentermin-topiramat ini disertai dengan adanya evaluasi resiko dan strategi mitigasi (REMS = risk evaluation and mitigation strategy). REMS ini meliputi:
  • Panduan pengobatan
  • Brosur-brosur
  • Program pelatihan formal bagi penulis resep dan pemberi informasi pada pasien (farmasis)
  • Perlunya pemberian rekomendasi pada pasien wanita usia subur yang menggunakan obat ini agar menggunakan kontrasepsi yang memadai selama terapi
  • REMS juga memungkinkan adanya sertifikasi terhadap apoteker yang menyerahkan obat ini

Dengan mempertimbangkan rasio manfaat-resiko, FDA menyimpulkan bahwa rasio manfaat-resiko kombinasi fentermin-topiramat adalah positif dan mendukung penggunaannya. Kendati demikian, pasien yang menggunakan obat ini harus melakukan pemantauan detak jantung secara teratur.

Selain masalah keamanan yang telah diuraikan diatas, lorkaserin dapat meningkatkan resiko merugikan pada fungsi psikiatrik, kognitif, dan serotonergik. Fentermin-topiramat beresiko meningkatkan asidosis metabolik, glaukoma dan psikiatri-kognitif. FDA dalam hal ini mensyaratkan dilakukannya sejumlah pengujian klinis pasca persetujuan (postapproval). Salah satu persyaratan tersebut adalah dilakukannya uji keamanan kardiovaskuler jangka panjang pada pasien obesitas.

FDA menyadari besarnya kemungkinan penggunaan off-label dari lorkaserin dan kombinasi fentermin-topiramat dengan alasan kecantikan. Sehingga FDA mensyaratkan adanya pembatasan penggunaan obat tersebut hanya  kelompok pasien tertentu yang dibenarkan menggunakannya. Berdasarkan analisis klinis, FDA menentukan bahwa jika setelah penggunaan lorkaserin selama 12 minggu pasien tidak mengalami penurunan berat badan sedikitnya 5% dari berat badan awal, maka pengobatan harus dihentikan. Demikian pula pada pasien yang menggunakan kombinasi fentermin-topiramat dengan dosis 7,5/46 mg tidak mengalami penurunan berat badan sekurang-kurangnya 3% setelah penggunaan obat selama 12 minggu, maka pengobatan juga harus dihentikan, atau dosisnya ditingkatkan dan jika setelah penggunaan dosis yang lebih tinggi selama 12 minggu berat badan tidak turun sekurang-kurangnya 5%, maka pengobatan harus dihentikan.






Sumber