Rabu, 19 September 2012

TERAPI MULTIPLE MYELOMA



Terapi multiple myeloma tergantung pada kondisi penyakit itu sendiri. Myeloma simptomatik (aktif) memerlukan penanganan segera, sedangkan myeloma asimptomatik hanya memerlukan pemantauan klinis, karena kemoterapi pada myeloma asimptomatik telah terbukti tidak memberikan keuntungan apa pun. Uji coba dan investigasi saat ini lebih difokuskan untuk mengamati dan mengevaluasi kemampuan imunomodulator dalam menghambat perkembangan penyakit. Strategi pengobatan myeloma dipertimbangkan dengan memperhatikan faktor usia pasien.

Data terbaru mendukung dilakukannya terapi inisiasi dengan induksi thalidomide, lenalidomide, atau bortezomib ditambah dengan transplantasi stem-cell hematopoetik untuk pasien usia kurang dari 65 tahun yang tidak mengalami disfungsi hati, jantung, ginjal atau pun paru-paru. Transplantasi stem-cell dengan pengurangan regimen obat harus dipertimbangkan pada pasien dengan usia lebih tua atau adanya beberapa faktor resiko secara bersamaan. Terapi konvensional yang dikombinasikan dengan thalidomide, lenalidomide, atau bortezomib harus diberikan pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Pendekatan terapi yang kurang intensif bertujuan untuk membatasi efek samping obat atau mencegah terapi lain untuk mengatasi efek samping obat utama pada pasien yang berusia lebih dari 75 tahun atau lebih muda namun memiliki beberapa faktor resiko secara bersamaan. Dalam hal ini usia biologis mungkin berbeda dengan usia kronologis, dan hadirnya beberapa faktor resiko turut menentukan dalam pemilihan terapi.

Strategi pengobatan harus mencakup penggunaan regimen penginduksi yang memberikan respon lengkap tingkat tinggi kemudian diikuti dengan dosis pemeliharaan. Pendekatan ini mengkombinasikan berbagai upaya pengurangan tumor secara maksimal dengan pengobatan yang terus-menerus sehingga pertumbuhan tumor dapat ditekan sedemikian rupa. Tingkatan respon, baik respon lengkap maupun pada bagian tertentu dikaitkan dengan peningkatan hasil jangka panjang.

Respon lengkap didefinisikan sebagai penghapusan penyakit yang terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Penilaian atas adanya respon lengkap ini didasarkan pada kriteria-kriteria yang ketat sebagai berikut:
  • Penetapan kadar rantai cahaya imunoglobulin bebas dalam serum
  • Penetapan kadar sel myeloma sumsum tulang pada pengukuran aliran sitometri multiparameter
  • Identifikasi sel tumor sisa melalui penetapan kadar reaksi rantai polimerase (polymerasechain-reaction assay)
  • Eksplorasi untuk menentukan ada tidaknya sisa penyakit
Kriteria-kriteria tersebut merupakan faktor prognostik yang penting dalam identifikasi myeloma.

Dalam sebuah analisis retrospektif terhadap 1175 pasien yang menerima terapi kombinasi melphalan dan prednison dan bortezomib atau thalidomide, 75% pasien yang mendapat respon lengkap mengalami penurunan resiko kematian setelah 29 bulan dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan terapi ini.

Terapi Induksi pada Pasien yang Memungkinkan Menerima Transplantasi

Pasien baru yang terdiagnosa multiple myeloma yang memungkinkan menerima transplantasi dapat menerima terapi induksi dengan 3 regimen atau 2 regimen obat sebagai berikut:
  • Tiga regimen terdiri dari bortezomib-deksametason ditambah siklophospamide atau doksorubisin atau lenalidomide atau thalidomide selama 3-6 siklus. Atau
  • Dua regimen terdiri dari Bortezomib-deksametason selama 3-6 siklus atau lenalidomide-deksametason selama 4 siklus.
Terapi induksi tersebut kemudian dilanjutkan dengan transplantasi autologous stem-cell dan terapi pemeliharaan dengan thalidomide atau lenalidomide.

Kombinasi terapi deksametason ditambah thalidomide, bortezomib atau lenalidomide telah banyak digunakan sebagai regimen terapi induksi sebelum transplantasi autologous stem-cell dan terbukti menghasilkan respon yang hampir lengkap masing-masing sebesar 8%, 15% dan 16%. Tren terbaru dengan mengkombinasikan bortezomib-deksametason ditambah doksorubisin, siklophosphamide, thalidomide atau lenalidomide tebukti meningkatkan respon hingga hampir masing-masing sebesar 7%, 39%, 32% dan 52%.

Program terapi total merupakan program terapi dengan memanfaatkan semua agen induksi yang tersedia, diikuti dengan 2 siklus terapi dosis tinggi (melphalan 200 mg per meter persegi) dan reinfusi stem-cell darah perifer autologous (tandem transplantasi). Transplatasi tunggal tampaknya masih menjadi pilihan bagi sebagian besar pasien karena tingkat respon yang tinggi dapat dicapai dengan regimen induksi yang mencakup thalidomide, lenalidomide atau bortezomib dan mungkin respon dapat meningkat pasca transplantasi melalui pemberian dosis pemeliharaan.

Terapi Induksi pada Pasien yang Tidak Memungkinkan Transplantasi

Dalam sebuah meta-analisis yang membandingkan melphalan-prednison dengan atau tanpa thalidomide menunjukan bahwa penambahan thalidomide meningkatkan angka harapan hidup rata-rata 6,6 bulan. Dalam sebuah studi yang lain, terapi kombinasi melphalan, prednison dan bortezomib meningkatkan respon lengkap secara signifikan dan angka harapan hidup dibandingkan dengan penggunaan melphalan atau prednison tunggal. Kombinasi terapi melphalan-prednison ditambah thalidomide atau bortezomib kini dianggap sebagai terapi standar perawatan pasien yang tidak memungkinkan menerima transplantasi.

Terapi Konsolidasi dan Pemeliharaan

Terapi konsolidasi (2-4 siklus kombinasi terapi setelah terapi induksi) dan terapi pemeliharaan (terapi terus-menerus dengan agen tunggal hingga penyakit menunjukan perkembangan) digunakan secara luas, meskipun tidak ada pedoman spesifik dalam hal ini.

http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/09/multiple-myeloma.html