Senin, 19 Agustus 2013

TERAPI LOW BACK PAIN (LBP)



Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang banyak diderita kelompok usia dewasa. LBP dapat disebabkan oleh banyak faktor sehingga pendekatan terapinya pun beragam. Diagnosa yang tepat akan sangat menentukan ketepatan terapi yang dipilih. Akhir-akhir ini, Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah digunakan secara luas dalam penetapan diagnosa LBP ini.

Penyebab dan Pola Epidemiologi


Sebuah studi eksperimental menunjukan bahwa nyeri punggung bagian bawah dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada struktur tulang belakang, baik itu ligamen, faset sendi, periostenum tulang belakang, fasia dan otot paravertebral, pembuluh darah, fibrosus anulus, maupun akar saraf tulang belakang. Cedera muskuloskeletal dan proses degeneratif yang berkaitan dengan usia yang terjadi pada piringan intervebralis dan faset sendi merupakan penyebab yang paling umum. Selain ini stenosis spinal dan herniasi piringan sendi juga merupakan faktor penyebab yang sering terjadi. Stenosis adalah penyempitan kanal pada  pusat tulang belakang atau relung lateralnya, hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur tulang belakang akibat hipertropi degeneratif. 

Berikut adalah diagnosa banding LBP beserta prevalensinya:
Nyeri Punggung bagian bawah (pinggang) atau nyeri kaki mekanis
Kasus ini terjadi pada sekitar 97% kasus LBP. Dapat disebabkan oleh:
  • Ketegangan lumbar, keseleo (70%)
  • Proses degeneratif pada faset atau piringan sendi tulang belakang yang berhubungan dengan faktor usia (10%)
  • Herniasi piringan sendi (4%)
  • Stenosis spinal (3%)
  • Fraktur akibat osteoporosis (4%)
  • Spondilolistesis (2%)
  • Fraktur traumatik (<1%)
  • Penyakit kongenital, seperti : kiposis, skoliosis, transisional tulang belakang (<1%)
  • Spondilolisis
  • Disrupsi piringan internal tulang belakang atau LBP diskogenik
  • Ketidakstabilan tulang belakang
Kondisi Spinal Nonmekanis (terjadi pada sekitar 1% kasus)
  • Neoplasia (0,75%); multiple myeloma, karsinoma metastatik, leukemia dan lymphoma, kanker korda spinal, tumor retroperitoneal, tumor vertebral primer
  • Infeksi (0.01%); osteomyelitis, sepsis diskitis, abses paraspinous, abses epidural
  • Inflamasi artritis 
  • Osteokondrosis
Penyakit Organ Dalam
  • Penyakit pada organ pelvik; prostatitis, emdometriosis, peradangan pelvik kronis
  • Penyakit pada ginjal; nephrolitiasis, pyelonefritis, abses perinefrik
  • Penyakit pada saluran cerna; pankreatitis, kolesistisis, penetrasi ulkus
Sekitar 85% kasus LBP tidak pernah secara tepat dijelaskan diagnosis secara pathoanatomisnya. Istilah ketegangan (strain) dan keseleo (sprain), serta proses degeneratif sering digunakan, meskipun ketegangan otot dan keseleo tidak dapat dijelaskan secara histologis dan anatomis, sehingga istilah LBP idiopatik mungkin lebih tepat digunakan.

Prevalensi LBP pada kelompok gender laki-laki maupun perempuan hampir sama. Onsetnya biasanya terjadi pada usia antara 30 hingga 50 tahunan. LBP merupakan penyebab paling umum terjadinya kecacatan yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang.

Faktor resiko LBP diantaranya:
  • Kebiasaan mengangkat beban berat dan gerakan memutar
  • Getaran tubuh
  • Obesitas
  • Kondisi lingkungan yang minim pendingin
Meski faktor-faktor tersebut dapat dianggap sebagai faktor resiko LBP, namun tidak jarang LBP terjadi pada seseorang yang tidak memiliki faktor resiko sekali pun.


Diagnosa Evaluasi


Karena sulitnya menentukan diagnosa anatomi yang tepat, maka dokter dan pasien sering kali menjadi frustasi karenanya. Daripada melakukan penentuan diagnosa LBP yang tepat, akan lebih bermanfaat jika dokter dan pasien tersebut menjawab tiga permasalahan mendasar tentang LBP yaitu:
  1. Apakah LBP tersebut disebabkan oleh penyakit sistemik?
  2. Adakah tekanan sosial atau psikologis yang dapat memperparah atau memperpanjang rasa sakit?
  3. Apakah ada kompromi neurologis yang mungkin memerlukan tindakan pembedahan?
Bagi sebagian besar pasien pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan memperhatikan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisiknya, meski kadang studi pencitraan juga diperlukan.

Riwayat Medis


Petunjuk kemungkinan adanya penyakit sistemik yang menyebabkan terjadinya LBP dapat diperhatikan dari:
  • Usia pasien
  • Riwayat kanker
  • Terjadinya penurunan berat badan oleh penyebab tidak jelas
  • Penggunaan narkoba suntikan
  • Infeksi kronis
  • Durasi sakit
  • Adanya nyeri pada malam hari
  • Respon terhadap terapi sebelumnya
Pada pasien yang menderita LBP akibat kanker atau infeksi, biasanya rasa nyeri tidak mereda saat ia berbaring. Namun temuan tersebut tidak spesifik.

Adanya faktor neurologis yang terlibat biasanya ditandai dengan adanya skiatika atau pseudoklaudikasi (nyeri kaki setelah berjalan yang menyerupai klaudikasio iskemik). Nyeri kaki skiatika atau pseudoklaudikasio sering dikaitkan dengan mati rasa atau paresthesia, dan skiatika karena herniasi piringan sendi biasanya meningkat seiring adanya batuk atau bersin. Disfungsi usus atau kandung kemih mungkin merupakan gejala dari kompresi yang parah dari cauda equina (cauda equina syndrome). Kondisi langka ini biasanya disebabkan oleh tumor atau herniasi piringan sendi dengan garis tengah yang besar. Retensi urin sering kali hadir dans ering kali dikaitkan dengan hilangnya sensor pada distribusi pelana, skiatika bilateral dan kelemahan kaki. Nyeri LBP yang berkepanjangan biasanya berhubungan dengan kegagalan terapi sebelumnya, depresi atau somatisasi. 


Pemeriksaan Fisik


Demam menunjukan kemungkinan adanya infeksi tulang belakang. Kelembutan tulang belakang sensitif terhadap adanya infeksi, namun gejala ini tidak spesifik. Kesusahan dalam melakukan gerakan tidak berhubungan dengan diagnosa tertentu yang spesifik namun dapat membantu dalam perencanaan terapi. Pada pasien LBP yang disertai dengan adanya keluhan linu panggul harus menjalani straight-leg–raising test, tes dilakukan dengan kondisi pasien telentang salah satu tangan pemeriksa memegang kaki pasien secara lurus dan tangan satunya lagi memegang tumit. Tes ini sering menunjukan hasil yang negatif pada kasus stenosis tulang belakang.

Pencitraan


Radiografi polos harus dibatasi pada pasien dengan kondisi penyakit sistemik dan trauma. Radiografi polos disarankan pada kondisi pasien dengan demam, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, sejarah kanker, defisit neurologis, penyalahgunaan alkohol dan atau obat-obatan terlarang, berusia lebih dari 50 tahun, dan trauma. Pasien yang tidak kunjung sembuh dari keluhan LBP dalam kurun waktu empat hingga enam minggu harus segera diradiografi.

Radiografi polos tidak sensitif dalam mendeteksi adanya kanker atau infeksi, karena itu diperlukan pemeriksaan tambahan seperti pengukuran tingkat sedimentasi eritrosit dan hitung darah lengkap.

CT scan dan MRI lebih senditif dalam deteksi dini infeksi tulang belakang dan kanker. Pencitraan ini akan mampu mengungkapkan adanya herniasi piringan sendi dan stenosis tulang belakang yang tidak mampu diungkapkan melalui radiografi biasa. 

Evaluasi Pada Pasien Lanjut Usia


Pada kelompok pasien usia diatas 65 tahun, kanker, kompresi patah tulang, stenosis tulang belakang dan aneurisma aorta merupakan diagnosa yang umum. Fraktur osteoporosis bahkan dapat terjadi tanpa adanya trauma yang disadari. 

Stenosis spinal yang disebabkan oleh proses degeneratif hipertrofik dan spondilolisthesis degeneratif lebih sering terjadi pada pasien dewasa muda. Pseudoklaudikasi adalah gejala klasik stenosis kanal pusat. Gejala stenosis sering menyebar karena biasanya bilateral dan melibatkan beberapa vertebra.

Terapi


LBP Akut


Dalam kasus LBP nonspesifik, penggunaan antiinflamasi nonsteroid (AINS) terbukti efektif menghilangkan gejala, demikian pula dengan relaksan otot. Pada beberapa pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan relaksan otot umumnya juga mengalami efek samping berupa sedasi. Manipulasi tulang belakang dan terapi fisik merupakan alternatif pengobatan untuk mengurangi timbulnya gejala pada pasien-pasien dengan LBP akut atau subakut. Terapi ini memberikan efek yang terbatas. Secara umum, manipulasi tulang belakang dan terapi fisik sebaiknya tidak dilakukan sebelum episode nyeri mencapai kisaran waktu 3 minggu atau lebih, karena pada sebagian pasien kondisi nyeri akan membaik dalam kurun waktu tersebut.

Beberapa pengobatan belum terbukti efektif. Istirahat ditempat tidur tidak membantu mempercepat proses penyembuhan bahkan kadang dapat memperlambat proses penyembuhan itu sendiri. Olahraga juga tidak membantu penyembuhan pada kondisi LBP akut, namun mampu membantu mencegah kekambuhan dan proses penyembuhan pada kasus LBP kronis.

Terapi alternatif untuk LBP yang paling populer adalah manipulasi tulang, akupunktur dan pijat.