Selasa, 29 November 2011

HIPERTENSI DAN PENATALASANAANNYA

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan kita. Dalam hal ini, kita dapat menghubungkan hipertensi dengan konsep-konsep berikut:
  1. Resiko morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler berhubungan langsung dengan tekanan darah. Pada tekanan darah yang normal 115/75 mmHg, resiko mengalami penyakit kardiovaskuler meningkat dua kali lipat pada peningatan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg.
  2. Hipertensi esensial umumnya tidak menampakkan gejala yang dapat dikenali. Diagnosis hipertensi tidak dapat ditentukan hanya dalam sekali pengukuran tekanan darah, melainkan harus merupakan rata-rata tekanan darah pada 2 atau 3 kali pengukuran tekanan darah pada kondisi yang berbeda.
  3. Tujuan perawatan hipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah dan morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan tekanan darah tersebut.
  4. Tekanan darah dijaga senantiasa berada dibawah 140 mmHg pada sebagian besar pasien, kecuali pada pasien dengan diabetes melitus atau penyakit ginjal kronis, tekanan darah diusahakan berada dibawah atau sama dengan 130 mmHg.
  5. Modifikasi gaya hidup dapat sangat membantu pasien dengan hipertensi atau prehipertensi dalam mengendalikan tekanan darah mereka tetap pada rentang normal, dan kadang tidak memerlukan terapi obat.
  6. Diuretik Tiazid, adalah agen antihipertensi utama bagi sebagian besar penderita hipertensi
  7. Diagnosa penyerta hipertensi yang berbeda, memerlukan terapi hipertensi yang berbeda pula
  8. Pasien hipertensi dengan penyerta diabetes melitus sangat beresiko terhadap kemungkinan mengalami penyakit kardiovaskuler.
  9. Pasien lanjut usia, sangat beresiko mengalami hipotensi orthostatik pada saat awal terapi dengan antihipertensi, sehingga dosis harus sangat diperhatikan.
  10. Beberapa pasien mungkin memerlukan terapi kombinasi antihipertensi demi tercapainya tujuan terapi.

Untuk lebih lanjut memahami  hipertensi, ulasan berikut ini akan lebih detail mengungkapkannya:

Definisi
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah seseorang lebih dari 140/90 mmHg, nilai tersebut merupakan hasil rata-rata dari 2 kali atau lebih pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada kondisi yang berbeda.

Hipertensi merupakan penyakit yang umum yang lebih didefinisikan dengan tekanan darah sistoliknya.  Hipertensi juga merupakan salah satu faktor resiko yang penting pada terjadinya penyakit kardiovaskuler.  Peningkatan kesadaran dan penetapan diagnosa hipertensi lebih awal terbukti mampu memperbaiki kontrol terhadap tekanan darah dan dan mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.

The Sevent Report of Joint National Committee on the Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) merupakan panduan pada penangan hipertensi, yang fokus pada farmakoterapi hipertensi. Pembahasan terapi hipertensi pada tulisan ini didasarkan pada panduan JNC7 tersebut.

Epidemiologi
Diperkirakan 30% penduduk Amerika memliki tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg. Perkiraan tersebut didasarkan pada hasil survey yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Surveys pada kurun waktu 1999-2000 yang menyatakan prevalensi hipertensi di Amerika adalah 30,1% pada pria dan 27,1% pada wanita. Prevalensi pada wanita meningkat secara signifikan, yaitu sebesar 5,6% dibandingan data yang diperoleh pada tahun 1988. Rata-rata hipertensi lebih banyak terjadi pada ras kulit hitam sebesar 33,5% dibandingan pada ras kulit putih sebesar 28,9%.

Peningkatan tekanan darah berkorelasi langsung dengan umur seseorang, dimana hipertensi sangat umum dijumpai pada aum lanjut usia. Seseorang dengan usia 55 tahun atau lebih akan beresiko mengalami hipertensi sebesar 90%. Seseorang yang pernah mengalami prehipertensi akan didiagnosa hipertensi pada usia sekitar 50an. Sampai dengan usia 55 tahun, prevalensi hipertensi akan lebih banyak terjadi pada pria, sedangan pada usia 55-74 tahun, kaum wanita lebih riskan mengalami hipertensi.

Etiologi
Hipertensi merupakan kondisi klinis yang hidrogen. Pada sebagian besar penderita hipertensi patofisologinya tidak dapat diketahui dengan pasti, hipertensi ini dikenal dengan istilah hipertensi esensial atau primer. Hipertensi ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan. Selain hipertensi esensial yang tidak dietahui penyebabnya, sebagian kecil pasien mengalami hipertensi karena adanya penyakit, senyawa endogen maupun eksogen  yang dapat menyebabkan hipertensi, hipertensi ini disebut hipertensi sekunder.


Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
  1. Hipertensi Primer/Hipertensi esensial, hampir 90% pasien hipertensi mengalami hipertensi esensial. Berbagai mekanisme dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya hipertensi tipe ini, sehingga abnormalitas penyebab hipertensi ini dapat ditentukan. Faktor genetik dapat pula memainkan peranan penting pada kasus hipertensi tipe ini.
  2. Hipertensi Sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi adalah hipertensi sekunder yang merupakan suatu komorbiditas dari penyakit lain atau merupakan respon terhadap senyawa obat tertentu yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Obat-obat tertentu berperan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan atau memperparah hipertensi melalui peningkatan tekanan darah.
Berikut adalah golongan penyebab hipertensi sekunder:
  1. Penyakit, penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain : Penyakit ginjal kronis, Cushing's syndrome, apnea obstruktif, penyakit paratiroid, pheocromocytoma, aldosteronisme primer, penyakit renovaskuler, dan penyakit thyroid
  2. Obat-obatan; kortikosteroid, estrogen (umumnya pada kontrasepsi oral), antiinflamasi non-steroid (AINS), COX-2 selektif, phenilpronolamin dan analognya, eritropoetin, sibutramin, antidepresan (terutama venlafaxin), bromokriptin, buspirone, carbamazepin, clozapine, desfulrane, ketamin, metoklopramid, kokain,
  3. Makanan; garam, alkohol, licorice, makanan yang mengandung tiramin dengan inhibitor monoamin oksidase
  4. Senyawa Kimia; timah, merkuri, thalium, lithium, dan metal berat lainnya

Patofisiologi
Tidak dietahui secara jelas bagaimana regulasi tekanan darah arteri ini berlangsung. Sedangkan pemahaman yang jelas mengenai mekanisme peningatan tekanan darah ini sangat diperlukan untu dapat menentukan antihipertensi yang tepat bagi setiap pasien. Ada banyak faktor yang berperan dalam pengaturan tekanan darah dan beberapa komponen tertentu diduga sangat potensial sebagai kontributor penyebab hipertensi. Beberapa faktor yang diduga kuat berperan pada pengaturan tekanan darah dan hipertensi diantaranya:
  • Malfungsi pada sistem humoral yang terlibat dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS)
  • Mekanisme vasodepresor
  • Abnornalitas mekanisme neuronal
  • Defek autoregulasi periferal
  • Ketidakseimbangan natrium, kalsium, dan hormon natriuretik
 Sebelum mempelajari lebih jauh tentang mekanisme terjadinya hipertensi, terlebih dahulu kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan tekanan darah arteri. Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang diukur pada dinding arteri dengan satuan mmHg. Ada dua tipe tekanan darah arteri yang diukur, yaitu tekanan darah sistolik (sistolic blood pressure (SBP)) dan tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure (DBP)). SBP dicapai selama kontraksi jantung dan nilai tekanan darah mencapai puncaknya. DBP dicapai setelah terjadinya kontraksi jantung, dan nilai tekanan darah mencapai nilai terendahnya. Perbedaan antara SBP dan DBP disebut tekanan pulse dan mengindikasikan tekanan dinding arteri. Nilai rata-rata tekanan arteri (Mean Arterial Pressure (MAP)) adalah nilai rata-rata tekanan darah arteri pada sekali siklus kontraksi jantung. Dalam sekali siklus jantung terjadi 2-3 kali diastol dan 1-3 kali sistole, sehingga nilai MAP dapat diperkirakan dengan:
           MAP = 1/3 SBP + 2/3 DBP

Tekanan darah secara umum ditentukan oleh curah jantung (cardiac output (CO)) dan resistensi terhadap curah jantung tersebut (total peripheral resistance (TPR)), sehingga secara matematis dapat ditulis:
        Tekanan darah = CO X TPR


Karena tekanan darah merupakan produk matematis antara CO dan TPR, maka dapat diketahui bahwa peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh peningkatan CO dan atau TPR.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan CO:
  •  Peningatan Preload Jantung yang dapat diakibatkan oleh peningkatan volume cairan akibat kelebihan asupan garam atau karena retensi garam diginjal akibat penurunan jumlah nefron atau karena penurunan fungsi filtrasi glomerular
  • Konstriksi Vena akibat stimulasi yang berlebihan pada RAAS atau averaktivitas sistem syaraf simpatik
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resistensi perifer:
  • Konstriksi vaskuler : stimulasi RAAS yang berlebihan, overaktivitas sistem syaraf simpatik, alterasi genetik dari membran sel, faktor turunan endotelial
  • Hipertrophy vaskuler struktural: stimulasi RAAS yang berlebihan, overaktivitas sistem syaraf simpatik, alterasi genetik dari membran sel, hiperinsulinemia akibat obesitas dan sindrom metabolik





Senin, 14 November 2011

Public Warning sebagaimana dilansir oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan bahwa beberapa produk obat tradisional (jamu) yang beredar luas dimasyarakat terbukti mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). BKO yang ditambahkan dalam jamu telah mengalami perubahan tren. Pada tahun sebelum tahun 2007, BKO yang banyak ditambahkan dalam jamu tersebut adalah obat-obat golongan analgesik dan antiinflamasi, seperti ibuprofen, diklofenak, piroksikam dan allopurinol. Namun, kini BKO yang banyak ditambahkan pada jamu merupakan BKO golongan aprodisiak pada jamu sehat lelaki dan antijamur dan pelangsing pada jamu sehat perempuan.

Aprodisiak yang dijumpai dalam jamu tersebut antara lain sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil. Beberapa jamu sehat lelaki juga terbukti mengandung metilteststeron atau yohimbin. Metronidazol merupakan BKO yang sering ditambahkan pada jamu sehat perempuan yang diklaim dapat mengatasi masalah keputihan. Sibutramin sering ditambahkan dalam sediaan jamu sehat perempuan yang diklaim dapat membantu menurunkan berat badan (pelangsing).

Jamu atau obat tradisional apa pun yang ada di Indonesia, sangat tidak diperbolehkan mengandung tambahan bahan kimia obat dalam dosis berapa pun. Hal ini, larangan tersebut sangat beralasan untuk menjamin penggunaan obat yang rasional dan menjamin keamanan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam tulisan ini, penulis ingin mengungkapkan kajian singkat tentang BKO tersebut diatas, dan resiko penggunaannya yang tidak rasional, sehingga kita perlu mewaspadai penggunaan produk obat tradisional yang mungkin mengandung BKO tersebut. Penambahan BKO dalam jamu umumnya tidak memperhitungkan faktor keamanannya bagi konsumen, BKO tersebut merupakan obat keras yang ditambahkan dalam jumlah yang tidak diketahui kadarnya dan dipasarkan sebagai obat bebas, sehingga sangat beresiko bagi konsumen, terutama konsumen dengan gangguan atau penyakit tertentu, yang mungkin penggunaan BKO tersebut sebenarnya dikontraindikasikan penggunaannya.

Sildenafil Sitrat, Tadalafil dan Vardenafil (Inhibitor Phosphodiesterase)


Sildenafil sitrat, yang tersedia dalam sediaan paten berupa Viagra®, pada dasarnya adalah obat antihipertensi golongan vasodilator. Obat ini diindikasikan dalam terapi hipertensi arteri pulmonar/ pulmonary arterial hipertension (PAH) dan disfungsi ereksi. 

Sildenafil sitrat yang ditambahkan kedalam jamu sehat lelaki tentu bukan dimaksudkan untuk terapi PAH, melainkan untuk meningkatkan kemampuan ereksi. Proses ereksi dapat terjadi setelah terjadi relaksasi nonvaskuler otot polos dari corpora cavernosa. Relaksasi ini menyebabkan aliran darah keseluruh arteri yang memberikan tekanan pada sinus cavernosa, tekanan darah tersebut menyebabkan terjadinya ereksi. Sedangkan secara fisiologis, ereksi terjadi sebagai respon terhadap pelepasan nitat oksida dari syaraf nonadrenergik-nonkolinergik terkait dengan debit syaraf parasimpatis. 

Disfungsi ereksi merupakan suatu keadaan yang sering dialami pria pada usia lanjut. Disfungsi ereksi relatif jarang terjadi pada pria usia kurang dari 40 tahun. Angka kejadian disfungsi ereksi sebanding dengan peningkatan usia, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa kondisi medis seseorang seperti gangguan sistem vaskuler, syaraf, psikogenik, dan sistem hormonal yang berepran langsung terhadap mekanisme terjadinya ereksi.

Sildenafil sitrat merupakan salah satu inhibitor (penghambat) phosphodiesterase, selain tadalafil (Cialis ®) dan vardenafil (Levitra®).

Ketiga obat tersebut merupakan obat keras yang penggunaannya harus tepat indikasi (diagnosa yang sesuai) dan dikontraindikasikan (tidak boleh digunakan) pada beberapa kasus, sehingga tidak boleh digunakan secara bebas. Maka kemungkinan adanya obat-obat tersebut dalam jamu harus sangat dihindari, sehingga tidak merugikan konsumen, yang maksudnya ingin sehat, namun justru memperparah atau bahkan menimbulkan masalah kesehatan baru.


Bail sildenafil sitrat, tadalafil maupun vardenafil tidak dianjurkan penggunaannya pada orang-orang dengan fungsi ereksi yang normal, karena dapat meningkatkan resiko efek merugikan obat. Obat-obat tersebut juga tidak dianjurkan digunakan dalam kombinasi dengan obat lainnya, termasuk dengan bahan alam, seperti halnya komponen dalam jamu.


Sildenafil sitrat, tadalafil maupun vardenafil dapat menimbulkan efek-efek merugikan yang sifatnya ringan hingga sedang, atau pun yang terbatas pada individu tertentu yang segera hilang gejalanya bila penggunaannya dihentikan. Efek merugikan yang sering terjadi pada penggunaan dosis lazim dapat berupa sakit kepala, dispepsia, hidung tersumbat, dan pening.